13 April 2009

Butuh Eksekutif Efektif

Riwayat Center-Jakarta, Kompas - Dunia usaha bukan hanya membutuhkan eksekutif atau pemerintahan yang bersih, melainkan lebih mengutamakan yang efektif. Calon legislatif yang berhasil memperoleh kursi parlemen diminta agar dapat memegang komitmen visi membangun ekonomi bangsa.

Demikian diungkapkan kalangan pengusaha yang dimintai tanggapannya di Jakarta, Minggu (12/4), terkait berlangsungnya pemilihan umum legislatif yang relatif damai. Akan tetapi, dunia usaha masih memandang keterwakilan mereka mesti dilanjutkan dengan mengerjakan pekerjaan besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang kini diguncang krisis finansial global.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi dari Brisbane, Australia, mengatakan, mereka (calon anggota legislatif) yang terpilih perlu ditatar oleh partai yang bersangkutan agar lebih berkualitas. ”Terus terang, kita tidak punya parlemen yang kuat untuk bisa mendukung pembangunan ekonomi, apalagi kita sedang menghadapi krisis keuangan global ini,” kata Sofjan.

Penegasan Sofjan ini karena latar belakang para caleg yang semakin bervariasi. Bukan sekadar berbeda pendidikannya, melainkan juga profesinya. Tidak sedikit pula artis yang maju mewakili partai politik.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia MS Hidayat menegaskan, ”Rakyat memang mendesak pemerintahan ke depan adalah yang bersih. Pemerintahan yang berani melawan korupsi.”

Akan tetapi, Hidayat lebih mengutamakan pemerintahan yang efektif. Roda perekonomian yang kini sedang melemah akibat krisis finansial global sangat membutuhkan pemerintahan yang efektif.

”Saya memandang pemerintahan yang efektif akan menjadikan posisi pemerintah menjadi kuat. Kekuatan bisa diperlihatkan dengan kebijakan eksekutif mendapat dukungan kuat dari legislatifnya. Bukan sekadar mengedepankan sikap oposisi yang hanya menambah lemah roda ekonomi,” ujar Hidayat.

Guna menuju pemerintahan yang efektif, Hidayat memandang batu ujiannya justru terletak pada pemilu legislatif dan diselesaikan dalam pemilu presiden. Pemilu yang berakhir damai membutuhkan sikap sportivitas tinggi untuk menerima kekalahan dan kemenangan.

”Kalau pemilu-pemilu berjalan damai. Dunia internasional akan kembali menaruh kepercayaan terhadap Indonesia sehingga investasi pun pulih,” kata Hidayat.

Hidayat menekan bahwa pemerintahan koalisi mendatang bukanlah yang hanya mengedepankan kepentingan parpol. Sebab, tantangan ke depan adalah mendongkrak kembali ekspor yang terus merosot.

Kadin Indonesia sudah memprediksi penurunan ekspor terjadi pada Desember 2008 hingga kuartal kedua tahun 2009. Diharapkan, pada kuartal ketiga 2009 ekspor sudah bangkit kembali. ”Saya optimistis terjadinya kenaikan nilai ekspor karena kita sendiri sedang berjalan dalam proses politik sepanjang tahun 2009 ini,” ujar Hidayat.

Punya visi ekonomi

Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Ambar Polah Cahyono mengatakan, kualitas caleg menjadi batu ujian tersendiri bagi pengusaha. Masalahnya, kebijakan pemerintah terkait dunia usaha tetap harus mendapatkan persetujuan parlemen.

”Semua mata melihat adanya caleg-caleg yang sebetulnya tidak punya kompetensi, tetapi diajukan semata-mata hanya memenuhi persyaratan caleg. Karena itu, parpol semestinya menatar terlebih dahulu agar semangat nasionalisme lebih diutamakan,” ujar Ambar.

Dia mengkhawatirkan, caleg-caleg yang ada tidak memiliki misi pengembangan ekonomi yang dibutuhkan rakyat. Tak heran dunia usaha pun pesimistis karena banyak caleg yang hanya mengerti kebutuhan daerah-nya, tetapi tidak melihat kebutuhan pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk prospek investasi, Ambar menilai, parlemen mendatang harus membuka pikiran seluas-luasnya dalam cara menarik investasi. (OSA)

No comments:

Post a Comment